Tulisan pendek ini hanya Curpik (Curahan Pikiran). Melihat banyaknya teman-teman yang berpotensi dalam ekonomi (produktif), menurut saya, ada baiknya Media Ksatria ini jadi wadah pasar digital (digital marketing) khusus warga Purwosari (seminimalnya memromosikan karya/produk anggota Karang Taruna itu sendiri).
Kemarin mas Zaki punya Snack Cumi, kini mas Aang punya Lampu, saya sebenarnya juga punya Lapak buku, ehh ada Anggun juga yang punya Lapak Tas, Mas Rio punya Lapak Baju, Mas Acil punya Lapak Kue, Mas Wildo punya Lapak Kuota, Syifa punya Lapak Obat-obatan dan seterusnya. Banyak potensi.
Pasar digital memang (sangat) diperlukan di era millenial (atau dalam bahasa bisnis adalah era industri 4.0) saat ini. Dimana dengan kekuatan sosmednya setiap orang hanya tinggal duduk terkoneksi internet sambil promosi produk/karyanya dan menjangkau setiap orang dari berbagai lokasi.
Konsep sederhananya jika Media Ksatria bermain di pasar digital adalah permainan jaringan, Ksatria Purwosari punya jaringan khusus dan khas, yakni warga Purwosari dimana setiap warga (minimalnya) akan punya rasa bangga akan produk-produk yang diciptakan oleh warganya sendiri, belum lagi sistem-sistem lembaga yang bersinergi dengan Ksatria Purwosari. Ada banyak jaringan tentunya.
The power of media digital. Setidaknya hal kecil itu yang saya lakukan dan tentu yang Anggun lakukan juga (karena saya suka stalking cara promotenya ke sosmed). Saya bermain dengan sosmed, pasar digital, bermain dengan mode jaringan pembeli/pengunjung, saya menjual buku bacaan dan menawarkan bacaan gratis pada web resmi
ruangbacaan.com. Tak perlu bingung siapa yang mau membeli, saya menjangkau seluruh Mahasiswa yang (katanya punya nalar kritis dan) selalu membutuhkan buku hingga siapapun yang memang butuh buku.
Dengan metode jaringan pada mahasiswa tersebut, saya menjaring teman-teman di organisasi bahkan dosen sekalipun. Selain menjual buku, saya juga mengoneksikan mereka ke web ruangbacaan.com hingga melakukan strategi klik bait iklan google Adsense, saya punya in come tambahan dari Google. (Bahas main Google lain tulisan, deh).
Kembali soal potensi pasar digital di Media Ksatria Purwosari. Kita punya Web, IG, FB dan kontak jaringan warga serta lembaga relasi (meski belum luas). Saya punya analogi kecil: Seandainya kita sendiri yang share produk ke sosmed pribadi, tentu yang dijangkau cuman lingkup teman/kerabat kita sendiri. Berbeda jika banyak orang yang melakukan share, apalagi dengan sistem jaringan itu sendiri.
Kalau dengan sistem jaringan, ibaratnya kita punya produk A, klaimnya nanti adalah produk unik warga Purwosari, bukan sekedar produk masing-masing dari kita (meski nanti tertera kontak pribadi pemilik). Orang-orang yang terkoneksi dengan nama Purwosari, sederhananya pasti akan nengok, sama halnya dipanggil gini, "Ehh, Purwosari punya produk unik, nih". Hal ini akan berbeda rasanya jika, "Ehh, si A punya produk unik, nih." Beda.
Selain konsep jaringan Purwosari yang luas tadi, perlu juga metode kebersamaan/guyup/gotong-royong. Pasar Digital (sebagai wadah promosi produk) punya komitmen bersama. Setiap anggotanya wajib punya tugas share produk teman-teman yang lainnya. Sama-sama membutuhkan, sama-sama saling share, maka jangkauan kontaknya akan luas. Mengutip yang diutarakan pak Ferry pekan lalu, "Power dari digital marketing itu kebersamaan dalam berbagi (postingan produk)." Jadi pasar digital Purwosari nantinya tidak akan pro pada produk tertentu, tapi semua.
Saat ini zamannya sudah beda, perlu seni kreatif dalam tindakan. Mode kreasinya pun juga harus berbeda. Ini hanya sebesit ide, yang mungkin tak perlu dipaksakan untuk diiyakan dan diadakan. Setidaknya saya berbagi pikiran yang semoga saja bisa memberi tambahan ide dalam bermain di dunia digital.
Hal-hal seperti membuat pasar digital atau pasar warga (layaknya Payungi) saya kira perlu waktu, perlu partner/stakeholder yang sadar akan hal seperti ini juga. Terlebih kesadaran bersama dalam membangun/membuat, semangatnya gotong-royong, bukan hanya kepentingan satu sisi dalam mengambil keuntungan.
Ya, suatu saat, mungkin akan tiba masanya, entah kapan, tapi hal itu pasti akan datang. Masa dimana setiap wilayah punya ruang digital yang masif untuk promosi. Setidaknya saat ini, Ksatria Purwosari lebih maju ketimbang lembaga resmi yang ada, seperti kelurahan dan kecamatan, keduanya sama sekali tidak punya ruang digital (publik) untuk promosi wilayahnya sendiri.
Salam Ksatria.
Ditulis dalam grup WA Pengurus BPH
__
Media Ksatria Purwosari:
|
Produk Lampu Hias, Aang Kurniawan, Pemuda Purwosari Rw01. |
|
Produk cemilan Seafood Zaki Yahya, Pemuda Purwosari Rw 05. |